Kampus adalah tempat untuk tumbuh, bukan tempat untuk takut.” Kalimat ini menggambarkan semangat perjuangan Prilola, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PSPBI) Universitas Palangka Raya, yang baru-baru ini dianugerahi gelar Duta Anti-Kekerasan Universitas Palangka Raya. Di tengah persaingan ketat dengan para kandidat lain yang sama-sama memiliki potensi luar biasa, Prilola tampil bersinar dengan visi dan komitmennya terhadap kampus yang aman dan inklusif bagi semua.
Prilola mengaku tidak menyangka saat namanya diumumkan sebagai Duta Anti-Kekerasan. Namun di balik keterkejutannya, tersimpan rasa bahagia dan kebanggaan yang mendalam. Bagi Prilola, gelar tersebut bukan sekadar penghargaan simbolik, tetapi sebuah amanah untuk menjalankan “peran” sebagai mahasiswa yang peduli dan siap merangkul sesama untuk bersatu dalam menyuarakan “stop kekerasan” di lingkungan kampus.
Sebagai mahasiswa PSPBI UPR, ia melihat peran ini sebagai jembatan untuk membangun kesadaran bersama, baik di kalangan mahasiswa maupun civitas akademika lainnya. “Ini adalah kesempatan untuk lebih berdedikasi dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman, tertib, dan inklusif,” ujarnya.
Prilola menyoroti dua bentuk kekerasan yang menurutnya masih sering terjadi di lingkungan kampus: kekerasan psikis dan kekerasan seksual. Kekerasan psikis, seperti perundungan atau meremehkan orang lain, kerap dianggap hal biasa, padahal meninggalkan luka yang dalam. Sementara itu, kekerasan seksual seringkali terjadi secara tersembunyi, dibungkam oleh ketakutan dan stigma. Prilola menegaskan bahwa kekerasan bisa menimpa siapa saja, dari mahasiswa hingga tenaga pendidik.
“Menuju Indonesia Emas 2045, kita tidak hanya butuh generasi yang pandai berbicara, tapi juga yang berani bertindak. Sudah saatnya rantai kekerasan di kampus kita hentikan bersama,” tegasnya.
Sebagai Duta, Prilola membawa dua program unggulan yang sarat makna dan aksi nyata: Aksara (Anti Kekerasan Berbicara) dan AK Blusukan. Aksara memanfaatkan kekuatan media sosial sebagai ruang edukasi dan konseling melalui live Instagram, video, hingga podcast. Sementara itu, AK Blusukan hadir sebagai gerakan turun langsung ke lapangan, menyapa dan mengedukasi mahasiswa di berbagai sudut kampus agar semangat anti-kekerasan terus digaungkan.
“Kekerasan bukan hanya tentang pelaku dan korban, tapi tentang langkah awal yang berani kita ambil untuk mengubahnya,” tutur Prilola penuh keyakinan.
Untuk mereka yang mungkin masih diam dalam ketakutan, Prilola memberikan pesan yang menyentuh:
“Bicara bukanlah sebuah luka. Bicaralah untuk merasa damai dengan apa yang telah terjadi. Memendam bukanlah solusi. Tidak apa-apa untuk mencari tempat yang bisa jadi sandaran. Ketahuilah, kekerasan bukanlah aib.”
Dengan semangat muda dan suara yang lantang, Prilola membuktikan bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan. Dari kampus di tengah Kalimantan, suara Prilola menggema sebagai ajakan bersama:
“Mari bersatu tangan untuk gema stop kekerasan. Dari mahasiswa, untuk perubahan bangsa.”
Teknologi Generative AI (GenAI) merupakan salah satu inovasi terpenting dalam era digital yang telah menghadirkan…
Dalam upaya memberikan ruang yang lebih luas bagi mahasiswa untuk mengekspresikan minat, bakat, dan potensi…
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya telah merilis Panduan Penulisan Skripsi edisi 2025…
Tahukah kamu kalau di Universitas Palangka Raya ada program Semester Antara yang bisa membantu kamu…
Menindaklanjuti hasil laporan dan survey yang dilakukan oleh mahasiswa berkaitan tentang kinerja civitas akademik FKIP…
Halo, rekan-rekan CAMABA Angkatan 2025!Kami segenap sivitas akademika Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan…